Tahun 2016 sudah jadi tahun yang benar-benar tidak tersangka. Dari terpilihnya Trump jadi presiden sampai Brexit, beberapa dari kita yang siap-siap untuk memulai tahun 2017 dengan suatu yang lebih baru serta fresh.
Ada beberapa hal yang wajar untuk dinanti di tahun 2017, tapi tidak semua pergantian ini jelek. Khususnya saat kita sedang mengulas pergantian relevan dalam pemasaran digital, terutamanya di dunia pemasaran influencer. Saat budget pemasaran terus berkurang serta merk didesak untuk sampai ROI (Return of Investment) yang lebih baik, industri advertensi menjumpai rintangan besar yang akan datang.
Dikutip dari Forbes, Promise Phelon meluncurkan 10 perkiraan advertensi di tahun 2017:
1. Keaslian tetap ditanyakan
Sesudah beberapa puluh tahun dipakai, endorsement pada selebriti pada akhirnya akan retak serta merk akan kembali mengerti jika ketenaran tidak berbanding lurus dengan dampak ketetapan pada pembelian satu produk.
2. Agen yang membuat jaringan dengan influencer akan menang
Agen yang sudah berinvestasi dalam membuat jaringan dengan pemasar punya pengaruh jadi pokok bisnisnya akan memenangi persaingan di bagian advertensi.
3. Tehnologi pemasaran akan makin gampang dibuka
Dengan sumber daya yang hanya terbatas, merek kecil butuh carayang efektif untuk mencapai customer yang pas untuk mengambil market share dari kompetitor yang lebih mapan. Mereka akan cari jalan keluar yang kurangi desakan pada sdm mereka tak perlu membuat budget terlalu berlebih, dan cari ROI sebanyak-banyaknya dari tiap jasa kampanye online serta berbelanja pemasaran mereka.
4. Influencer akan terpadu dengan tehnologi pemasaran
Bertambahnya popularitas pemasar influencer sudah membuat keinginan untuk efisiensi serta tehnologi IM. Pemasar benar-benar memerlukan langkah untuk lihat lanskap usaha keseluruhannya, serta Phelon memprediksikan aka suara integrasi yang cepat di antara tehnologi influencer dengan skema usaha yang lain dan basis intelijen usaha.
5. Pemasar influencer akan masuk B2B
Pemasar B2B yang inovatif akan mengaku jika konsumen mereka ialah manusia riil serta ketetapan pembelian yang mereka bikin sebab tidak meyakini pesan dari satu merk serta pilih untuk cari tahu sendiri.
6. Merk akan menyambungkan Off line serta Online
influencer berkekuatan untuk memperantai ketimpangan di antara off line serta online serta pemasar akan manfaatkan online influencer untuk menyebabkan aksi off line dari customer. Content detil produk dari influencer bisa berperan jadi persuasi point-on-sale pada customer di toko fisik.
7. Merk akan menyerah untuk mengkontrol content kreatif
Influencer tidak terima tiap peluang yang hadir pada mereka. Mereka semakin lebih selektif dengan tiap merk serta jaga keaslian dalam content yang mereka untuk buat penganut mereka. Merk yang begitu mengendalikan isi content kreatif akan diacuhkan.
8. Audience semakin lebih penting daripada influencer
Penargetan audience dalam pemasaran influencer tunjukkan aplikasi alami dari taktik pemasaran tradisionil. Pemasar harus berubah dari pilih influencer yang mirip sasaran customer mereka serta berubah untuk membuat kampanye berdasar audience serta data kapasitas dari influencer.
9. Metrik engagement sosial yang tradisionil tidak berlaku
ROi ialah yang penting dari semuanya. Merek-merek besar serta agen akan bertumpu ke pemasaran dengan influencer, hingga mereka akan butuh untuk mengkonfirmasi jika ini betul-betul memengaruhi bottom line mereka.
10. Influencer kecil akan mulai dilirik
Inisiator content yang lebih detil akan mulai dilirik oleh pemasar. Mereka akan mengerti jika ceruk pasar benar-benar punya potensi dalam membuat pembicaraan yang otentik, sebab sering pembuat content yang sudah populer, selebritis serta bintang sosial media bisa membuat ini.